Pecandu Judi Online yang Bangkrut Tapi Tetap Bermain: Mengapa?

By | March 22, 2025

Judi online telah menjadi fenomena global yang menarik jutaan pemain dari berbagai latar belakang. Namun, ada satu hal yang sering kali membingungkan banyak orang: mengapa seseorang yang sudah bangkrut karena berjudi tetap melanjutkan kebiasaannya? Bukankah kebangkrutan seharusnya menjadi titik balik untuk berhenti?

Artikel ini akan membahas faktor psikologis, neurologis, dan sosial yang membuat pecandu judi online tetap bermain meskipun mereka sudah kehilangan segalanya.

Ternyata Begini Dampaknya Kalau Kecanduan Judi Online Halaman 1 -  Kompasiana.com

1. Ilusi “Recovery Bet”: Berharap Menang Besar untuk Balik Modal

Salah satu alasan utama mengapa pecandu judi tetap bermain meskipun sudah bangkrut adalah ilusi bahwa kemenangan besar bisa memulihkan kerugian mereka. Ini dikenal sebagai “Loss-Chasing Behavior”, di mana pemain terus memasang taruhan lebih besar untuk mencoba mengembalikan kekalahan sebelumnya.

🔹 Contoh kasus: Seseorang kehilangan Rp50 juta dalam satu malam, tetapi alih-alih berhenti, ia malah meminjam uang untuk bertaruh lebih besar dengan harapan bisa “balik modal.”

Kenapa ini berbahaya?

  • Pemain tidak sadar bahwa mereka sudah kehilangan kendali atas keuangan mereka.
  • Semakin besar kekalahan, semakin besar keinginan untuk “membalas.”
  • Probabilitas menang tetap kecil, tetapi mereka percaya bahwa kemenangan besar hanya tinggal “satu putaran lagi.”

2. Otak Pecandu Judi Berfungsi Seperti Otak Pecandu Narkoba

Judi online mengaktifkan sistem dopamin di otak, mirip dengan bagaimana narkoba memicu perasaan euforia. Ketika seseorang bertaruh dan menang (meskipun kecil), otak melepaskan dopamin yang memberikan perasaan senang dan puas.

🔹 Apa yang terjadi saat pecandu bangkrut?

  • Otak mereka sudah terbiasa dengan sensasi judi, dan tanpa itu, mereka merasa kosong dan depresi.
  • Seperti pecandu narkoba yang membutuhkan dosis lebih tinggi, pecandu judi membutuhkan taruhan lebih besar untuk mendapatkan efek yang sama.
  • Bahkan ketika mereka kalah, otak mereka tetap aktif merespons seolah-olah mereka hampir menang, sehingga mereka terus bermain.

3. Keterlibatan Faktor Emosi: Rasa Malu dan Keinginan untuk Membuktikan Diri

Banyak pecandu judi online yang sudah bangkrut merasa malu, kecewa pada diri sendiri, dan terjebak dalam lingkaran kebohongan. Mereka tidak ingin orang lain mengetahui bahwa mereka telah kehilangan segalanya, sehingga mereka mencoba mencari cara untuk “menutup” kekalahan mereka dengan terus bermain.

🔹 Faktor emosional yang memperburuk situasi:

  • Malu mengakui kekalahan: Banyak orang tidak ingin terlihat gagal di mata teman atau keluarga.
  • Ketergantungan emosional: Judi menjadi satu-satunya cara untuk melarikan diri dari stres dan kenyataan.
  • Rasa percaya diri yang salah: Beberapa orang yakin bahwa mereka lebih pintar dari sistem dan akan menemukan cara untuk menang.

Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Sosialisasikan Bahaya Judi Online di Sekolah

4. Sistem Judi Online Dirancang untuk Memanipulasi Pemain

Banyak situs judi online menggunakan psikologi manipulatif untuk membuat pemain tetap bertaruh, bahkan setelah mereka mengalami kebangkrutan.

🔹 Beberapa teknik yang digunakan oleh situs judi online:

  • “Near Miss Effect”: Pemain sering merasa mereka hampir menang, padahal itu hanya ilusi untuk membuat mereka terus bermain.
  • Bonus dan Cashback: Situs judi memberikan “hadiah” dalam bentuk bonus deposit atau cashback untuk membuat pemain tetap aktif.
  • Kemudahan Pinjaman dan Deposit Cepat: Beberapa situs bahkan menawarkan pinjaman langsung atau metode deposit instan agar pemain tetap bisa berjudi meskipun mereka sudah tidak punya uang.

5. Dampak Sosial: Tekanan Lingkungan dan Komunitas Judi

Lingkungan juga memainkan peran besar dalam kecanduan judi. Komunitas penjudi online sering kali saling memotivasi untuk terus bermain, baik secara langsung maupun tidak langsung.

🔹 Faktor sosial yang membuat pecandu tetap bermain:

  • Grup atau forum yang membahas “strategi menang,” yang sebenarnya hanyalah jebakan.
  • Influencer dan streamer yang memamerkan kemenangan besar, padahal bisa jadi itu hanya bagian dari promosi.
  • Tekanan dari sesama penjudi yang menganggap berhenti berarti “menyerah.”

Bagaimana Cara Keluar dari Lingkaran Setan Ini?

Pecandu judi online yang sudah bangkrut tetapi tetap bermain terjebak dalam kombinasi ilusi kemenangan, manipulasi psikologis, dan kecanduan neurologis.

🔹 Langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk keluar dari kecanduan:

  1. Mengakui masalah: Pecandu harus menyadari bahwa mereka telah kehilangan kendali dan tidak bisa menang melawan sistem.
  2. Mencari bantuan profesional: Psikolog dan terapi kecanduan judi bisa membantu mengatasi masalah ini secara bertahap.
  3. Blokir akses ke situs judi: Menggunakan aplikasi pemblokiran atau meminta bantuan keluarga untuk membatasi akses.
  4. Mengubah lingkungan sosial: Menghindari komunitas yang terus mendorong untuk berjudi dan mencari dukungan dari keluarga atau teman yang peduli.
  5. Memperbaiki kebiasaan keuangan: Memisahkan keuangan dengan cara yang lebih sehat dan tidak menggunakan uang untuk hal yang tidak perlu.

Judi online bukan hanya masalah finansial tetapi juga masalah psikologis yang mendalam. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami kecanduan judi, segera cari bantuan sebelum terlambat. Bangkrut seharusnya menjadi peringatan untuk berhenti, bukan alasan untuk terus bermain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *